Kamis, 24 Juni 2010

Hidup : Datang untuk Pergi

"Hidup ini, Anakku, hidup ini tak ada harganya sama sekali. Tunggulah saatnya, dan kelak engkau akan berpikir, bahwa sia-sia saja Tuhan menciptakan manusia di dunia ini." - Pramoedya Ananta Toer

Pernahakah kita berpikir bahwa hidup kita tak ada perbedaan dengan kereta dan pesawat? Mereka datang, singgah, kemudian pergi. Kita mengalaminya berulang-ulang. Dari stasiun ke stasiun. Dari bandara ke bandara. Dan kita sendiri menuju pada cerita-cerita baru yang kita datangi kemudian kita tinggali begitu saja.

Sebenarnya, hidup kita tidaklah seperti itu. Ada banyak babak yang membawa kita pada cerita-cerita yang akhirnya kita sadari pada saat menjelang kita pergi.Hidup bukanlah sekadar datang kemudian pergi. Sebenarnya Tuhan hendak bercerita kepada kita di balik itu semua. Sayangnya, Tuhan terlalu hebat untuk menyimpan rahasianya. Terlalu pandai untuk mengajak kita bermain tebak-tebakan.

Sesungguhnya, betapa indahnya ketika kita berjalan untuk merenungi pencarian jati diri kita yang paling hakiki. Di sanalah kita akan menemukan: mengapa kita ada di sini saat ini? Bukan sekadar melintasi kemudian menuju kepada tempat lainnya. Kemudian, masih adakah pemikiran semacam pemikiran seorang Pramoedya yang mengatakan betapa sia-sianya Tuhan menciptakan hidup ini? Entahlah. Itu hanya saya, Anda, Pram, dan Tuhan yang tahu jawabannya.


Jakarta, 24 Juni 2010 | 5.56
A. A. - dalam sebuah inisial

Tidak ada komentar: