Kamis, 25 Agustus 2011

Menerbitkan Matahari

dan pagi di kotamu ini
aku menggeser matahari
dan orang-orang menyebutnya
menerbitkan matahari

dingin di kotamu ini
kuberi hangat matahari
dan orang-orang menyebutnya
menerbitkan matahari


Bandung, 25 Agustus 2011 | 06.27
A.A. - dalam sebuah inisial

Senin, 22 Agustus 2011

Tentang Putus Asa

guruku di sekolah selalu mengajarkan aku
agar jangan pernah menyerah kepada keadaan
tetapi aku bukanlah murid yang patuh
bahkan aku murid yang selalu membangkang
aku hanya mengikuti keadaan ke mana semestinya berada

guruku di sekolah selalu mengajarkan aku
agar berani melawan arus meski tubuhmu perih
tetapi aku bukan murid yang taat
aku memilih mengikuti arus dan membiarkan jasadku hanyut
dan aku hanya bisa menangis saat aku tahu aku gagal

ternyata orang yang berhasil itu:
berani melawan keadaan bagaimana pun caranya
berani melawan arus meski terluka perih

akankah aku akan memilih jalan itu?
itulah tanyaku pagi ini




Bandung, 22 Agustus 2011 | 06.17
A.A. - dalam sebuah inisial

Sabtu, 20 Agustus 2011

Pagi

lampu-lampu kota mulai menyelimuti diri
orang-orang mulai bangkit dari tidur
dan matahari lagi-lagi mendahului kita

mari mengejar matahari
mari mengejar pagi




Bandung, 20 Agustus 2011 | 07.45
A.A. - dalam sebuah inisial

Jumat, 19 Agustus 2011

Memilih Pergi

pada akhirnya
aku lebih memilih untuk beranjak pergi
daripada untuk tetap tinggal

dan ternyata
pilihan itu tidak bisa dikatakan benar
pula tak bisa dikatakan salah

karena kita
sudah pernah memilih hal tersebut
dan harus menikmati suka-duka

mungkin hari ini
biar semesta tahu bagaimana aku memeluk rindu
yang berderu untuk mengantar haru



Bandung, 19 Agustus 2011 | 16.13
A.A. - dalam sebuah inisial

Rabu, 17 Agustus 2011

Menjamah Merdeka

tahukah kamu
merdeka bukan sekadar melawan penjajah
tetapi juga melawan bangsa sendiri
dan itu tugas yang lebih berat

tahukah kamu
merdeka bukan sekadar bangga dengan bendera sendiri
tetapi juga mempertahankan kibas kibarnya
dan itu tugas yang sangat berat

tahukah kamu
merdeka bukan sekadar perayaan yang ramai
tetapi juga perhatian kepada mereka yang kesepian
dan itu bukanlah tugas yang ringan

tahukah kamu
merdeka bukan sekadar makan dengan kenyang
tetapi juga memberi makan kepada mereka yang kelaparan
dan itu tugas hari ini

merdeka hari ini bukan soal mengusir penjajah,
merdeka hari ini adalah soal mengusir ketidakadilan


Jakarta, 17 Agustus 2011 | 21.50
A.A. - dalam sebuah inisial

Minggu, 14 Agustus 2011

Dan Inilah

yang mungkin tak semua orang tahu,
ada kalanya kita pun merasa kesepian
meski kita di tengah hiruk pikuk
di tengah keramaian yang benar-benar ramai

dan aku pun akan pulang
sampai jumpa di hari mendatang
semoga kau pun tahu alasan mengapa sepi
begitu menjadi dalam darah dan nadiku

karena ketiadaan yang harusnya ada




Bandung, 14 Agustus 2011 | 4.44 PM
A.A. - dalam sebuah inisial

Minggu, 07 Agustus 2011

Perihal: Pergi

Biar hari-hari menjadi sebuah manifestasi karya yang sangat abadi, maka kita harus berani meninggalkan mereka yang kita kasihi untuk sebuah masa depan yang setiap detik akan kita sambut. Adapun tentang hari ini, biar waktu mengelolanya menjadi sebuah kenangan yang tersimpan rapi di sebuah ruang, di dalam rumah yang tak pernah lupa untuk mengingatnya.

Aku pun demikian adanya. Kuberanikan diri untuk pergi, menanggalkan semua yang telah kumiliki, meninggalkan semua yang kucinta, dan melangkahkan kaki ke negeri yang berbeda. Kita berpisah. Bukan berarti melupakan. Untuk itulah, mengapa mereka membenci apa yang dinamakan berpisah. Meski hari demi hari bergulir, cepat atau lambat, tahu atau tidak, sanggup menerima atau tidak, kehilangan akan datang seperti matahari yang terbit tanpa sanggup kita menjegalnya untuk tidak tenggelam.

Bahwa aku mengasihi semua kenangan yang pernah ada di kota ini. Maaf bila aku lebih sering menggerutu sebagai manusia daripada mensyukuri apa yang pernah kunikmati dalam suka dan duka, bahagia dan lara, senang dan susah. Dan aku pun hanyalah manusia; tak pernah lepas dari segala kesalahan.

Begitu banyak cerita yang kurawi di kota ini, terlalu banyak harapan yang kutaruh di tempat ini, namun masih adakah tempat bagiku untuk berpulang di suatu hari nanti? Sejauh apa pun aku pergi, aku percaya esok aku akan kembali, seperti petualang mana yang tak rindu akan rumah. Bagiku, tiada apa-apa bila aku tidak mengeja rasa rindu yang menggebu dan meletup di dada. Aku hanya sanggup menyimpannya dan menumpahkannya ketika pulang di hari depan.

Percayalah, aku tidak akan melupakan begitu saja. Terlalu manis untuk dilupakan begitu saja. Dan satu lagi, aku akan pulang untuk melepas cumbu mesra di hari esok.

Aku pergi dulu, sampai jumpa di lain waktu.

Peluk sapa dan cium mesra,

Jakarta, 8 Agustus 2011 |
A.A. - dalam sebuah inisial

Kredo Sunyi Pagi

di bawah matahari yang berangkat menuju langit
aku beranjak pergi menuju ke angkasa menggenggam asa
biar cinta menjadi sesuatu yang mengejawantah dan menghasilkan
buah-buah yang melimpah untuk sepanjang hari
dengan pembaruan yang kekal dan fana pun lenyap
aku meringkuk di atas awan, menyambut embun yang siap pergi
waktunya telah habis, katanya. dia harus pergi tidur dahulu
tugas telah usai dikerjakan dan matahari sudah senyum-senyum
tempatnya sudah dibersihkan oleh bulan yang letih
di cakrawala membentang, aku mendendang bunyi sangkakala
agar asa bukan sekadar asa, melainkan menjadi manifestasi yang manis




Jakarta, 7 Agustus 2011 | 09.05
A.A. - dalam sebuah inisial

Jumat, 05 Agustus 2011

Dongeng Sebelum Tidur

:Adryan Adisaputra Tando

lekas menujulah ke kasurmu, akan kudongengkan sebuah cerita pengantar tidurmu
ini cerita yang pernah kaudamba sewaktu kecil, kini kuulang kembali
adalah suatu ketika di negeri yang sangat jauh, seorang anak laki-laki berusaha menjadi seorang yang tinggi dan besar
kala itu, tubuhnya masih sangat kecil, hanya segenggam kepal orang dewasa
ia berkata kepada ibunya kapan ia bisa menjadi dewasa, ia ingin bertumbuh besar
ibunya hanya berucap tunggu saatnya, ketika itu juga ibunya menangis
sang ibu tahu kalau anaknya tidak akan bisa seukuran dirinya
ya, anak itu kerdil. ibu itu hanya menangis, memikirkan masa depan anak itu
anak itu semakin bertambah usia, ia hanya seukuran genggam kepal
sampai saat ibunya meninggal, ia tetap berukuran seperti itu
'kau tak akan bisa bertumbuh besar, tapi kau bisa bertumbuh dewasa. dewasa tidak memihak dan dia hanya bisa dipilih,' kata seorang temannya yang melihat dirinya bersedih
ia pun pergi berlari, entah ke mana. merayakan kedewasaannya.
sampai kini, aku pun tak tahu ke mana anak itu. rasaku, ia sudah menimang cucu dan bahagia
meski dengan tubuh mungilnya tersebut
nah, sekarang tidurlah. selamat tidur.


Jakarta, 6 Agustus 2011 | 00.04
A.A. - dalam sebuah inisial

Rabu, 03 Agustus 2011

Menghitung Matahari

ada berapa matahari malam ini
katanya matahari hanya tertutup punggung bumi
ia tetap ada, tapi tak seorang tahu berapa banyak
coba rasakan dari panasnya
bukankah semuanya bisa dihitung dari hal tersebut

ada berapa matahari malam ini
selama kau merasa gerah dan mengipas perut dengan baju
itu yang dinyatakan dengan banyaknya matahari
tapi, pernah kauhitung berapa banyaknya
apakah lebih banyak dari bintang

ada berapa matahari malam ini
aku tidak lagi memikirkannya, tapi
matahari masih ada untuk pagi ini kan?



Jakarta, 5 Agustus 2011 | 00.27
A.A. - dalam sebuah inisial

Menunggu Matahari Terbit di Ubun-ubun

aku hanya menunggu matahari
di sebuah persimpangan yang beku
membuat kaki benar-benar kaku
sampai terbitlah di luas langit
dan aku tahu:
matahari mencintai hari dengan matahati




Bandung, 3 Agustus 2011 | 05.41
A.A. - dalam sebuah inisial