Sabtu, 18 Oktober 2008

Berpisah

Pepatah sering mengatakan "ada waktunya bertemu, juga ada waktunya berpisah." Saya pikir itu adalah sesuatu yang netral dalam hidup. Seperti ada kelahiran, tentu juga ada kematian. Seperti hukum sebab akibat. Dan berbagai hukum timbal balik lainnya.

Kelahiran tentu saat - saat membahagiakan. Itu merupakan pertemua perdana ketika seseorang manusia dalam ujud kecilnya dilahirkan dengan manusia - manusia yang telah lahir sebelumnya dan dengan dunia. Pertemuan yang membahagiakan bukan? Atau ketika anda bertemu dengan seseorang yang anda cintai. Menjadi sebuah pertemuan yang mengharukan.

Jadi, pertemuan adalah sesuatu yang membahagiakan untuk anda yang sedang rindu ataupun merasa sendiri dalam hidup anda. (Kecuali, anda bertemu dengan musuh anda, tentunya bukan kebahagiaan yang anda dapatkan melainkan amarah dan dendam).


Namun bagaimana dengan berpisah?

Berpisah dengan seseorang yang anda kasihi?

Berpisah dengan seseorang yang anda sayangi?

Berpisah dengan seseorang yang mengasihi anda?


Berpisah berasal dari kata "pisah" yang artinya akan berubah menjadi jauh.  Sebuah perpisahan akan menjadi saat - saat yang mengharukan, menyedihkan, menyakitkan, dan suasana - suasana lainnya yang menjadikan sesuatu tak lengkap. Tak sempurna lagi.

(Kecuali anda berpisah dengan musuh anda, itu lain soal.)

Banyak hal yang dapat menyebabkan seseorang harus berpisah. Kematian. Jarak. Ruang lingkup. Dan banyak lainnya.

Berpisah. Saat yang menakutkan kah? Terus terang dalam hidup saya, berpisah adalah saat yang harus saya lalui dalam deru air mata. Dan yang pasti dalam pikiran saya, berpisah adalah sesuatu yang bisa membuat saya terjatuh, namun belum tentu menakutkan diri saya.

Kadang sayapun juga ragu terhadap diri saya. Apakah saya berani menghadapi perpisahan? Berpisah dengan orang yang saya kasihi, keluarga, sahabat - sahabat, dan semua orang yang pernah saya jumpai.

Bagaimana memaknai rasa perpisahan? Saya tak pernah bisa merasakan makna perpisahan. Ketika saya bertemu dengan seseorang yang membuat saya nyaman bersamanya, saya tak pernah berpikir dengan perpisahan. Yang saya lakukan adalah apa yang saya harus lakukan ketika berjumpa dengan orang itu.

Namun, ketika saya merasakan kehilangan orang itu, saya baru sadar, saya telah berpisah dengannya. Ketika saya merindukannya, saya baru sadar, dia tak ada di samping saya. Tidak menemani saya. Nah, di saat - saat itulah saya harus berani melawan ketakutan saya terhadap perpisahan.

Perpisahan itu ada dua. Berpisah untuk sementara atau berpisah untuk selamanya. Yang saya tuliskan ini adalah berpisah untuk selamanya. Bagaimana rasanya berpisah, dan bagaimana rasanya memaknai perpisahan itu. (walau menyakitkan)

Kenikmatan yang saya ambil? Rasanya ada... walau sedikit sekali. Yaitu bagaimana perpisahan mendewasakan saya dan menjadikan sebuah ketegaran yang harus saya jalani. Menemukan mozaik yang hilang dari bagian kehidupan saya.



>>> Pagi ini
Jakarta 18 Oktober 2008

-Aveline Agrippina Tando


*) Catatan ini bukan catatan perpisahan ataupun menjadi tulisan terakhir...

Senin, 13 Oktober 2008

Setiap Orang dengan Kehidupannya

Setiap orang yang pernah melangkah di jalan hidupnya, dia pasti juga pernah terjatuh...

Setiap orang yang pernah berkata bohong, pasti dia pernah juga berkata jujur...

Setiap orang yang tertawa dalam hidupnya, pasti dia juga pernah menangis...


Karena semua itu adalah mozaik - mozaik hidup
Ketika anda pernah merasakannya semua itu, berbahagialah anda...

Karena mereka yang berbahagia adalah mereka yang bisa mensyukuri dan menikmati hidupnya dalam rupa apapun...



>>>Sebuah catatan kecil untuk sahabat - sahabatku terkasih, Berlianevie, Mr. YDP, Michelle, dan tentunya ANDA yang merasakan hidup anda penuh arti...

>>>Sebuah catatan spesial untuk persaudaraan kita, Adryan Adisaputra Tando dan Margareth...

Kamis, 02 Oktober 2008

Kisah Induk Burung dan Anaknya

Cerita kecil yang masih nyangkut di otak yang meminta pertaggungjawaban untuk ditulis...

***

Alkisah, seorang induk burung yang bergelut dengan penyakitnya hanya bisa terbaring lemah di sarangnya bersama tiga ekor anak. Sang anak selalu saja cemas dan khawatir apakah ibunya dapat sembuh karena ibunyalah yang menjadi tumpuan hidupnya dalam mencari makan.

Sejak ibunya sakit, mereka tak dapat makan. Ibunya dan anak - anak burung itu sudah snagat lemas dan nyaris mati.

Anak burung yang paling besar berinisiatif untuk mencarikan makan untuk ibunya dan adik - adiknya. Akhirnya dia memutuskan untuk terbang walau ibunya telah mencoba menasihatinya agar tidak terbang karena sayapnya yang belum utuh.

Setelah beradu debat dengan sang ibu, anak burung itu pun pergi mencari makanan untuk adik - adiknya yang telah kelaparan dan tentunya juga untuk sang ibu.

Setelah beberapa jam, anak burung itupun kembali membawa banyak makanan. Sayapnya patah dan ia mencoba menutupinya dari ibunya. Walau sakit yang ia rasakan, ia terus mencoba menutupinya. Ia meyakinkan semuanya dalam keadaan baik - baik saja.

Keesokan harinya, ibunya sudah dalam keadaan yang lebih baik dan kedua anaknya tak lagi kelaparan. Namun, anak burung yang paling besar tak bangun dari tidurnya. Kedua adiknya mencoba membangunkannya, dan mereka menemukan kakaknya telah mati.





Aveline Agrippina Tando


Hutangku lunas sudah...

Rabu, 01 Oktober 2008

Bermimpilah, Karena TUHAN Akan Memeluk Mimpi - Mimpimu

Tulisan ini ditujukan untuk anda yang takut untuk bermimpi, terlebih untuk seorang sahabat di Kutoarjo, Tn. Yulius Denny Prabowo.

***

Tanpa sengaja, ketika membereskan meja saya yang masih berserakan kertas dan buku, saya menemukan tulisan anda (tulisan Tn. Yulius Denny Prabowo) terselip di antara serakan kertas - kertas itu. Tulisan yang telah lama saya cetak dan sudah saya baca dua tiga kali sekedar untuk mengisi waktu saya. Bukanlah saat yang tepat, waktu itu saya membaca kembali tulisan anda. Seharusnya saya merapikan kerjaan saya terlebih dahulu barulah saya membaca. Gejolak apa yang sanggup mengantarkan saya untuk lebih membaca tulisan anda yang keempat kalinya sebelum pekerjaan saya tuntas?

Dan ketika saya kembali membacanya, mungkin inilah puncaknya saya menemukan makna – makna dari tulisan anda. Anda masih takut untuk bermimpi dan anda masih ragu untuk menatap hidup anda.

Setiap aksara yang tampak seperti kehilangan arah, harapan, dan tujuan…

Dan benarkah kata – kata yang anda tuliskan kepada saya?

Kenyataan ialah titik di mana kita berada saat ini, masa depan ialah mimpi, dan orang sepertiku tak punya apa-apa selain mimpi, untuk mimpi-mimpi itu pula aku akan terus berjuang menjalani hidup

Dusta saya katakan kepada anda untuk mengatakan demikian jika anda sendiripun belum berani untuk bermimpi, bagaimana bisa untuk bermimpi jika anda sendiri masih takut untuk bermimpi?

Bukankah anda yang memeperkenalkan saya kepada Andrea Hirata, si keriting itu? Bukankah anda yang membawa saya masuk kepada dunianya? Tentang Edensor, tanah impian itu? Mengapa anda masih takut untuk bermimpi? Pernahkah baca bagian ini? Bagaimana Arai memotivasi Ikal untuk berangkat ke benua hitam adalah caranya untuk bermimpi.

Bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu

Andrea HirataEdensor

Ya, harus saya sadari mungkin kita adalah insan yang sama. Sama pernah terjatuh dan merasakan manis, pahit, dan asamnya hidup. Namun ketika saya terbangun dari angan – angan saya selama ini, apakah saya pernah tersadar untuk bangkit? Awalnya tidak, namun saya berjuang tanpa saya sadari untuk bangkit. Banyak yang saya tinggalkan dan lewati, dan tentunya saya akan semakin banyak kehilangan orang – orang yang pernah saya cintai dan mencintai saya.

Begitupun anda, bagaimana mereka bisa menyatakan kehilangan anda ketika anda belum berani untuk menatap diri anda sendiri? Karena kita hanya tersadar dengan apa yang dunia nyatakan kepada kita saat ini tanpa pernah kita ketahui bagaimana merasakan hilang itu.

Beranikah engkau bermimpi? Itulah pertanyaan saya kepada anda. Mengapa anda tidak bisa menikmati pekerjaan anda, hidup anda, dan semua yang diberikan TUHAN kepada anda? Karena anda masih takut untuk semua hal itu.

Bekerjalah bagaikan tak butuh uang. Mencintailah bagaikan tak pernah disakiti. Menarilah bagaikan tak seorang pun sedang menontonMark Twain

Kita kadang tak bisa mencintai apa yang seharusnya kita cintai, tetapi kita sering mencintai apa yang seharusnya kita cintai. Reality is so hard, begitu kata dunia kepada saya ketika saya harus tersungkur dalam ketidakberdayaan. Dan sampai detik saya menuliskan aksara untuk anda ini, saya belajar banyak bagaimana caranya untuk mencintai realita yang ada walau banyak perbedaan. Rentan yang amat jauh dari yang saya harapkan.

Seperti luka, ketika ia pernah mampir di tubuh kita, pasti akan meninggalkan bekasnya sedikit banyak. Itulah saya, ketika saya merasakan pengkhianatan yang paling besar saya rasakan, masih ada yang terekam di batin saya. Namun saya tak seperti ketika luka itu hadir pada kulit saya pertama kali, saya dapat merasakan darah yang menetes atau melihat kulit saya yang terkelupas.

Siapapun pemenangnya, aku tak akan sama

Yulius Denny Prabowo – Angel and Devil Walk With Me

Ya, kita yang pernah terluka tak akan pernah menjadi seperti dulu lagi. Sisa – sisa dari luka itu pasti akan tersisa, namun tak seperih dulu lagi. Setiap – setiap kita adalah manusia yang akan merasakan sakit. Karena menurut saya, ketika seseorang bisa merasakan tawa dan tangis, dia telah bisa memaknai rasa kehidupan. Rasa yang seharusnya ada.

Ketika anda bahagia, tentu anda pasti pernah menangis. Ketika anda dalam sedu sedan, anda pernah bergelak tawa. Karena itulah kenyataan hidup yang seharusnya kita camkan dan kita nikmati.

I Have A Dream (Saya bermimpi)Martin Luther King Jr.

Bagaimana Martin Luther King bisa membebaskan orang berkulit hitam di Amerika? Karena dia memiliki mimpi untuk membebaskan mereka semua. Dan dia membebaskan mimpinya menjadi sebuah kenyataan. Di mana mimpinya terjawab untuk kemenangan orang banyak.

Ketika hidup tak ada tangis dan tawa, saya akan berseru, “itu bukan hidup.” Saya tak pernah merasakan hidup tanpa kedua hal itu. Dan ketika anda takut untuk menangis, maka anda akan takut untuk bermimpi. Begitu pula sebaliknya, ketika anda takut untuk tertawa, anda telah takut untuk bermimpi.

Semua realita yang kejam anggap saja sebagai bagian dari fatamorgana kehidupan anda. Begitu saya memaknai sisa waktu kehidupan saya di dunia.

So, keep dreaming, because GOD will hug your dreams…

Bermimpilah saudaraku, karena TUHAN akan memeluk mimpi – mimpimu…

Aveline Agrippina Tando


Tulisan ini bisa didapatkan di sini dan sini

Anda dapat membaca Edensor pada attachement file yang terlampir.