Sabtu, 19 Februari 2011

Belajar




di sebuah liku,
tanpa perlu terburu
aku pun mengucap rindu
tak ada sendu

aku pernah belajar
untuk jatuh cinta kepadamu
biar hati tak lagi menjadi semu
dan tak ragu untuk mengejar

untuk bekal di perjalanan
katamu, sebelum aku berangkat
kau bekali aku buku tentang cinta
biar aku tahu bagaimana menikmatinya

ah, aku juga tak tahu
sudah berapa jauh aku memahami
itu juga kurasa

tapi aku masih belajar
belajar untuk belajar tentang cinta

seperti janjiku,
aku akan tetap belajar







Jakarta, 19 Februari 2011 | 15.44
A.A.- dalam sebuah inisial

Selasa, 15 Februari 2011

Waktu Sempit Itu


Rasanya sudah cukup lama saya tidak menulis. Menulis yang dimaksud adalah menulis untuk personal. Sudah beberapa lama tak ada tulisan di blog ini yang saya posting. Folder yang ada di dalam arsip pribadi pun kosong. Tak ada stok tulisan yang dapat dimasukkan ke dalam blog ini lagi.

Dan akhirnya hari ini saya kembali menulis. Menulis secara personal, tentunya.

Setelah sekian lama, saya dilanda deadline yang seakan mengejar saya setiap hari, saya diminta untuk tetap sigap. Siap menulis dan tetap kreatif dalam bentuk apa pun. Tulisan saya ditunggu oleh mereka. Saya harus menulis. Saya membaca, saya menulis. Begitu seterusnya sehingga hidup seolah-olah monoton. Saya berada pada poros yang sama. Pagi, saya bangun untuk menyiapkan aktivitas saya. Siang, saya belajar. Sore, saya menyelesaikan dosa saya yakni agenda yang terjadwal. Malam, saya membaca dan menulis (serta belajar lagi untuk mengejar target lulus tahun ini).

Maka, bila ada kesempatan untuk menulis secara personal pun tentunya ada. Tapi tak sebanyak dahulu. Kegiatan saya benar-benar menguras energi. Maka, menulis di mini blog seperti Twitter menjadi solusi bagi saya yang ingin tetap menulis. Bagi saya, menulis harus menjadi kewajiban. Menulis adalah bernapas. Tak menulis di hari itu, pertanda saya tak bernapas.

Mungkin saya menjadi salah satu orang yang merasakan betapa 24 jam adalah waktu yang sangat kurang setiap harinya. Bayangkan bila seseorang menghabiskan sepertiga waktunya hanya untuk tidur, bagaimana ia bisa bekerja? Memotong jatah jam tidur menjadi solusi yang baik untuk saya untuk tetap menulis di blog ini. Seperti terbitnya tulisan ini di tengah malam, ketika semua orang tertidur, saya malah menulis.

Eh, atau saya yang memang salah dimensi waktu?

Ya, bisa jadi begitu.

Namun, di waktu yang sempit, di antara deadline yang seolah berada di dalam lintasan balap, di saat saya dituntut untuk tetap kreatif dan imajinatif, saya suka dengan cara saya menghargai waktu yang sempit. Di sini, saya tahu betapa berharganya waktu yang pernah saya buang dan kini ingin saya kumpulkan dan menyatukannya ketika saya membutuhkannya.

Sayangnya, waktu bukanlah uang yang bisa dikumpulkan dan digunakan dalam kuota yang banyak. Waktu memiliki caranya sendiri agar ia merasa dihargai. Dengan cara ini, saya menghargai waktu. Memotong jam tidur, konsentrasi kepada pekerjaan, fokus kepada semua hal yang membutuhkan diri saya.

Di waktu yang sempit itu, saya menggunakannya dengan penuh. Seperti saya yang menjadi ayah dan waktu yang menjadi anak, saya berkomitmen untuk menghidupinya dengan baik. Dan saya telah memilih untuk berlomba dengan waktu. Ketika waktu berjalan, maka saya akan berlari. Ketika waktu berlari, saya akan terbang. Dengan demikian, target saya akan terpenuhi meski waktu begitu minim. Waktu begitu jahat bila kita tak memanfaatkannya.

Nah, begitulah cerita saya tentang waktu. Bagaimana dengan Anda?




Jakarta, 16 Februari 2011 | 0.57
A.A. - dalam sebuah inisial

Ketika Kamu Jatuh Cinta

Ketika kamu jatuh cinta, dia akan meletupkan kamu bagai kobaran didih air
Dia akan membawamu menguap dan kembali menjadi tetes air yang melegakan dahaga

Ketika kamu jatuh cinta, dia akan memekarkan kamu bagai seantero angkasa
Dia bisa menjadikanmu pagi, siang, sore, malam, bahkan menjadi bintang paling indah sejagat raya

Ketika kamu jatuh cinta, dia akan mengajarkan kamu bagai seorang guru
Dia membawamu mengerti arti berbagi, merelakan, memberi, bahkan mengerti arti cinta itu sendiri

Ketika kamu jatuh cinta, ada hal yang tak pernah kamu ketahui sesungguhnya
Pada hakekatnya kamu terperosok pada lubang yang indah, dan juga jurang yang mematikan
Dan cinta tidak pernah memberikan pengertian tentang ini semua




Jakarta, 21 Mei 2010 | 21.10
A.A. - dalam sebuah inisial

Minggu, 13 Februari 2011

Anyone Lived In A Pretty How Town

anyone lived in a pretty how town
(with up so floating many bells down)
spring summer autumn winter
he sang his didn't he danced his did

Women and men(both little and small)
cared for anyone not at all
they sowed their isn't they reaped their same
sun moon stars rain

children guessed(but only a few
and down they forgot as up they grew
autumn winter spring summer)
that noone loved him more by more

when by now and tree by leaf
she laughed his joy she cried his grief
bird by snow and stir by still
anyone's any was all to her

someones married their everyones
laughed their cryings and did their dance
(sleep wake hope and then)they
said their nevers they slept their dream

stars rain sun moon
(and only the snow can begin to explain
how children are apt to forget to remember
with up so floating many bells down)

one day anyone died i guess
(and noone stooped to kiss his face)
busy folk buried them side by side
little by little and was by was

all by all and deep by deep
and more by more they dream their sleep
noone and anyone earth by april
wish by spirit and if by yes.

Women and men (both dong and ding)
summer autumn winter spring
reaped their sowing and went their came
sun moon stars rain


E.E. Cummings

Minggu, 06 Februari 2011

Senja yang Tak Ditunggu



saya tahu...
kamu hari ini lagi-lagi merasakan gagal
saya mengerti bagaimana merasakannya
kita pernah berbagi rasa itu, bukan?
meski raga kita bukan satu
dan jalan kita tak selalu seirama

saya tahu...
kamu sedang patah hati kepada dirimu
tak ada orang yang menyakitimu
hati itu sudah membuatmu terkoyak
dengan lancangnya, ia meluluhkanmu
dengan puasnya, ia melupakanmu
dan kamu masih berharap akan semua

saya tahu..
keberuntunganmu bukan di sana
kamu memang tak bisa ada di sana
usahamu sudah lebih, peluhmu sudah cukup
tak perlu air mata, tak dibutuhkan untuknya
tak ada yang harus ditangisi
kamu sudah melakukannya
kamu sudah menyelesaikannya
Tuhan sudah pula berencana atasmu
tapi manusia lain yang berkehendak

saya tahu...
tak perlu hatimu koyak
sembuhkan, pulihkan
dan mari melangkah bersama
masih ada ribuan mil di depan mata
mari mulai lagi langkah baru



Jakarta, 6 Februari 2011 | 18.06
A.A. -dalam sebuah inisial

Untitled

You can shed tears that she is gone,

or you can smile because she has lived.Y

ou can close your eyes and pray that she'll come back,

or you can open your eyes and see all she's left.

Your heart can be empty because you can't see her,

or you can be full of the love you shared.

You can turn your back on tomorrow and live yesterday,

or you can be happy for tomorrow because of yesterday.

You can remember her only that she is gone,

or you can cherish her memory and let it live on.

You can cry and close your mind,

be empty and turn your back

.Or you can do what she'd want:

smile,open your eyes, love and go on.

David Harkins (British Poet and Painter)

Jumat, 04 Februari 2011

Kredo Bambu



yang bisa bernyanyi hanya aku
bambu bersabda kepada ilalang
ah, angkuhnya ia!
belum tahu saja bagaimana esok tertebaslah tubuhnya
kredo yang begitu dibenci ilalang
meski ia bisa menemukan oase yang manis
meminang pohon-pohon lain
memberontak kepada angin
dan apa pula semua itu
kalau disikapi dengan kesombongan
sebagai hadiah syukurnya kepada ilalang
sementara manusia bisa berkehendak atasnya


Jakarta, 4 Februari 2011 | 20.26
A.A. - dalam sebuah inisial