Jumat, 09 Oktober 2009

Kembali

Ketika kita beranjak pergi, mengangkat ransel, mengenakan sepatu gunung, dan tertatih-tatih melangkah meninggalkan rumah, akankah kau ingat masakan di rumahmu yang harumnya sampai ke hidungmu tak terbatas jarak? Ketika pintu rumah menanti untuk kau datangi setelah engkau beranjak pergi begitu jauh, lepaskan sepatumu dan masuklah sejenak, ingat-ingatlah masa kecilmu yang bahagia.

Merpati pun akan pulang ke sarangnya setelah beranjak begitu lama. Ikan-ikan akan kembali ke dalam karangnya setelah bermain-main di dasar laut. Pengembara akanlah singgah dan beristirah di rumahnya sejenak untuk melepas rindu kepada kampung halaman. Semua akan kembali pada mulanya seperti yang ada tertulis bahwa debu kepada debu dan tanah kepada tanah.

Begitu pula dengan menanti, kita berjalan seperti Tuhan menulis skrip permainan ini. Aku berlari, berjalan, terjatuh, terantuk, bangkit, dan akhirnya akupun juga akan pulang. Karena penantian panjang semua manusia adalah kembali kepada Sang Pencipta sebagaimana telah ada tertulis dan itu sudah menjadi paten setiap waktu dan sepanjang masa.

Sudah tahulah semua manusia bahwa manusia boleh berencana tetapi Tuhan sudah berencana jauh dari dahulu pembentukannya dunia ini. Kita hanya menerima dan menjalankan semuanya. Kita adalah petualang dan peziarah dunia yang akan mencari suatu jalan kembali kepada Tuhannya manusia masing-masing pribadi. Puncak kemenangan dan kejayaan seorang petualang adalah ketika dia kembali dengan selamat setelah mengarungi dasar lautan, mendaki puncak gunung, melintasi jalan berliku, mengepakkan sayapnya di awan-awan. Begitu pula dengan hidup ini, kita menanti, mencari, dan menerjemahkan semua aral dan tujuan hanya untuk menemukan sesuatu jalan: kembali.

Tidak ada komentar: