Senin, 17 Oktober 2011

Bila Aku Dilarang Menulis

bila aku dilarang menulis, pun itu bukan masalah besar bagiku
aku akan menulis dengan tetes darah sebagai tinta*
dan tembok di muka rumahmu kujadikan kertas tak habis

bila aku dilarang menulis, aku tak akan pernah marah
akan kucabik setiap kata dan menempelkannya di pintumu
biar kau tahu kata-kata itu yang akan memenjarakanmu

bila aku dilarang menulis, aku memilih untuk diam
karena kau tidak akan pernah sadari dari diam itu
jantungmu telah berhenti karena jutaan aksara menyumbat detakmu




*) dari puisi Widji Thukul



Bandung, 18 Oktober 2011 | 01.46
A.A. - dalam sebuah inisial

Tidak ada komentar: