Minggu, 19 September 2010

Temani Cahaya

Seperti lorong yang menyepi, menikmati rasa sepinya

Embusan karang yang terseret ombak di tepi dermaga

Aku tetap memaku diri untuk tetap diam berdiri

Mencari pelepas dahaga di tepi telaga

Aku pergi berlari mencari tempat menggantung

Agar cahaya dapat celos dari lorong sepi itu

Mahkamah Tuhan yang tahu rasanya kesepian

Dan pelita menjadi sobat dari jalan merantau

Semoga ia menjadi obat penawar rasa sakit

Daripada kau memutuskan untuk mengkafani aku

Atau biarkan sajak-sajakku tertabur dalam kertas

Dan menyatu menjadi tulang belulang di tanah

Saat aku kembali pulang




Jakarta, 19 September 2010 | 02.31
A.A. - dalam sebuah inisial

Tidak ada komentar: