Kamis, 26 Maret 2009

Ketika Surat Itu Sampai...

March 24, 2009
Untukmu, adikku



Setelah tiga tahun berpisah dari Indonesiamu, seperti cerita - ceritaku pada suratku yang terdahulu, aku mulai disibukkan dengan hal yang aku sukai di kampung halamanku terdahulu. Kembali aku menjadi musisi dan menjadi seorang pecinta film. Sayangnya hobi kita hampir sama, aku kurang menyukai membaca walau kamu selalu menyarankanku dan memberikanku kutipan - kutipan indah dari buku setiap kali membaca emailmu.

Pada awalnya, aku tahu kekecewaanmu ketika aku harus kembali ke tempatku terdahulu. Betapa besar kekecewaan yang terbesit di hatimu, aku tak pernah tahu. Namun, aku yakin begitu terluka hatimu ketika kamu harus menerima sebuah kenyataan aku harus kembali. Aku memang bukan seorang yang dewasa untuk menerima kenyataan. Kenyataan yang kuceritakan padamu sebelum surat ini sampai.

Namun, ketika aku kembali dan kita beremu lagi lewat dunia maya yang jauh ini, aku semakin merasa dekat padamu. Ingin sekali aku menjumpaimu dan kembali ke Indonesia. Namun aku tak akan kembali seperti kataku. Aku ini seorang laki-laki yang harus bisa mempertanggung jawabkan apa yang aku katakan. Kalau ada kesempatan, aku mau singgah sejenak ke Indonesia, sekedar untuk bertemu denganmu dan temanmu yang juga sering mengirimi aku surat.

Sejak membaca suratmu, aku menjadi begitu hangat bersamamu. Kuanggap kamu sebagai adikku, bukan muridku, juga bukan temanku. Kamu begitu dewasa, bahkan kukatakan kamu lebih dewasa daripada aku.

Betapa girangnya aku ketika suratmu sampai di kotak suratku. Kamu pernah melihat anak kecil yang mendapatkan permen, bukan? Seperti itulah aku ketika suratmu sampai. Aku selalu menduga pasti banyak hal yang akan kamu ceritakan kepadaku. Entah itu studimu, entah itu tentang buku, film, musik, atau yang lainnya.

Oh ya, tahukah kamu? Setiap sajak yang kamu sisipkan di setiap akhir suratmu aku jadikan lagu. Awalnya sekedar keisenganku belaka. Lama-lama aku menjadi tertarik untuk menjadikan setiap sajakmu menjadi lagu. Kadang aku membuka blogmu untuk sekedar mencari apa yang bisa kujadikan lagu. (Aku yakin kamu akan tertawa mendengar suaraku bernyanyi)

Aku begitu berterima kasih atas pemberian lagumu. Itu sangat menyentuhku. Lagumu amatlah membuatku sedikit bangkit dari keterpurukkanku. Seperti katamu, kalau kamu yakin, maka kamu bisa. Aku camkan kata-katamu itu dan kucoba lakukan semampuku. Hasilnya seperti apa yang kuyakini kelak. Aku mulai melupakan masa laluku dan kembali bertanding dengan kenyataan, walau agak berbeda.

Di sini begitu dingin. Kadang cuaca tak menentu. Tidak seperti di Indonesia yang begitu panas. Setelah tiga tahun meninggalkan Indonesia, aku mulai terbiasa dengan tradisi di sini. Aku seperti lahir kembali di sini. Tapi aku tak merasa asing berada di sini. Tak banyak yang berubah sampai sekarang.

Sekarang, aku ingin mendengar ceritamu. Bagaimana hari-harimu? Indahkah? Kuharap demikian. Teruskan keberhasilanmu seperti kamu meyakini aku bahwa aku bisa melawan semua yang telah aku alami selama tahun - tahun lalu.

Adikku, Aveline, berceritalah banyak hal kepadaku. Aku yakin kamu banyak cerita setelah sekian lama kita tidak bercerita tentang keadaan kita masing - masing dalam lintas negara.

Aku merindukanmu...





Your Im

Tidak ada komentar: