Mungkin adalah sebuah tujuanmu untuk bergegas ke dunia sana. Dan saya pun tahu mengenai itu semua. Kamu boleh menyapa dirimu sepanjang harimu yang tersisa di dunia sini. Namun ketika kamu tak lagi di sini, aku selalu yakin kamu akan menemukan tempatmu yang lebih membahagiakan. Tapi tak sebahagia di sini.
Ya, saya akan mengantar teman saya ke belahan dunia lain. 30 Mei 2009. Dia akan menemukan tempat lainnya. Berjumpa dengan kedua orang tuanya yang menantinya di sana. Mungkin dia yang akan berbahagia di sana. Namun saya selalu mengatakan dengan ejekan untuknya. "Suatu hari nanti, dirimu bakal mencariku lagi yang ada di sini."
Ya, saya akan mengantar teman saya ke belahan dunia lain. 30 Mei 2009. Dia akan menemukan tempat lainnya. Berjumpa dengan kedua orang tuanya yang menantinya di sana. Mungkin dia yang akan berbahagia di sana. Namun saya selalu mengatakan dengan ejekan untuknya. "Suatu hari nanti, dirimu bakal mencariku lagi yang ada di sini."
Saya tak mengerti mengapa di dunia ini harus ada yang namanya perpisahan. Dan perpisahanlah yang selalu menjadi cikal bakal seseorang untuk berduka. Untuk apa ada pertemuan ketika semua harus dipisahkan dengan perpisahan? Bukankah semua itu menjadi sebuah kesia-siaan dengan apa yang kita isap sari-sarinya?
"Hei... lo bakal ke Amrik (Amerika Serikat), kan?" tanyaku suatu hari ketika sedang sibuk mengerjakan majalah dinding.
"Sialan! Tahu dari mana lo?"
"Evander bilang sewaktu SMS lo sampai ke Vini."
"Sialan! Ember banget si Evander."
Saya langsung tertawa. Namun saya langsung bertanya - tanya untuk apa kamu menyimpan semua rahasiamu mengenai kepergianmu? Untuk apa? Toh, pada akhirnya semua orang juga akan tahu kamu akan berlari dari dunia ini dan ke dunia sana.
Sanjaya Pratama. Saya menuliskan ini untukmu dengan penuh rasa persahabatan sebelum kamu berangkat ke Amerika. Berjumpa dengan keluargamu di bumi yang baru. Menjumpai nuansa baru. Menjumpai segalanya yang baru. Termasuk teman - teman yang baru. Termasuk guru - guru yang baru. Termasuk apapun yang baru. Adanya yang tak ada di dunia ini akan kau temui di duniamu yang baru.
Mungkin ketika kamu membaca tulisanku ini, kamu akan tertawa. Untuk apa aku menuliskan kepergianmu? Sebelum tawa itu menjadi tangis perpisahan, ada kala baiknya kita menerima kehilangan dulu sebelum kehilangan yang nyata datang kepada kita sehingga semua yang kita jalani sebelumnya akan menjadi keringanan di masa mendatang.
Untuk suaramu yang belum mengadahkan kehilangan, memang terlalu dini untuk menuliskan semua ini. Masih dua bulan lagi kamu berangkat. Ya, aku tahu semua itu. Tapi tidakkah kamu tahu bahwa menyembuhkan luka kepergianmu lebih dini semakin baik dibanding ketika kamu mengucapkan "selamat tinggal" semenit sebelum keberangkatanmu? Itu menyakitkan!
Saat ini kamu boleh tertawa. Tertawa bahwa dunia yang sampai saat ini kita pijaki (dan yang akan kamu tinggalkan) adalah sebuah dunia yang penuh humor. Humor yang sama sekali tak bisa dilogikakan. Banyak yang miskin. Banyak yang kaya. Banyak yang tampan. Banyak yang jelek. Apapun ada di dunia yang ini.
Dan dua bulan kemudian, ketika kamu menginjakkan kaki di duniamu yang baru, menghirup oksigen di dunia yang baru, tak akan ada yang benar - benar sama seperti di dunia ini.
Setidaknya kita pernah bertemu. Berjabat tangan. Bertegur sapa. Bertatap muka. Berdiskusi. Bercanda. Lalu melambaikan tangan melambangkan perpisahan.
Sebelum kamu bertanya untuk apa saya menuliskan semua ini, ada baiknya saya menjawab dulu sebelum pertanyaan diluncurkan. Saya menulis ini sebagai rasa pertemanan saya. Rasa persahabatan saya denganmu, dengan teman - teman di kelas saya yang baru. Saya menemukan sesuatu yang baru di tahun yang baru. Saya menemukan sukacita yang baru di tahun yang baru. Saya menemukan dukacita yang baru di tahun yang baru.
Setidaknya tulisan ini menjadi pengingat saya bahwa saya pernah menemui orang yang mau berteman dengan saya. Menjadikan sebuah benih pertemanan menjadi pohon persahabatan. Dan pada akhirnya kita jua yang akan memetik buah hasil panen pohon itu. Kita juga yang akan mencicipi rasa buahnya. Entah manis atau asam.
Tulisan ini dibentuk dengan jutaan rasa yang tak bisa saya katakan. Semua yang telah kita lakoni dan apresiasikan pada bumi ini akan berbaur menjadi satu, kenangan. Simpan semua tawa, canda, ejek, iseng, marah, egois, dan semuanya yang pernah bumi ini tahu dan disaksikannya.
Sekarang silahkan kamu tertawa sepuasmu, namun ketika kamu berada di belahan dunia yang baru, kamu akan memetik hasilnya.
Nah, Sanjaya, aku sebagai temanmu mengucapkan selamat jalan. Mengucapkan terima kasih untuk semua kebaikan yang pernah kamu berikan. Juga aku mengucapkan kata maaf ketika aku khilaf untuk berbuat sesuatu yang tak seharusnya menurutmu.
Selamat datang di duniamu yang baru! Selamat mengenang bumimu yang ini dari kejauhan sana!
Kita akan berjumpa lagi di mana dan kapan, aku tak pernah tahu.
A.A. - dalam sebuah inisial
Jumat, 6 Maret 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar