Aku hanya benda kecil. Benda yang terisi berbagai macam racun yang perlahan membawa orang menuju kematian. Menuju siksaan. Menuju neraka atau surga. Aku bisa membawa orang kepada hal-hal yang seperti itu. Aku adalah iblis. Iblis yang pandai untuk membuat orang menjadi nikmat karena menghisap tubuhku.
Semua orang ingin tahu jutaan kenikmatanku. Seperti orang yang candu akan narkobanya. Seperti pasangan kekasih yang baru pertama merasakan cinta. Atau seperti orang gila yang ingin mencari apa yang diinginkannya.
Padahal mereka tahu, aku adalah iblis.
Sebatang diriku, membawa sembilan nyawa mati sekaligus. Mereka belum tentu menjadi penghisapku. Mereka hanya orang yang lewat. Sekedar lewat dan menyapa di depanku yang hidup dengan merahnya.
Mereka tahu aku adalah iblis. Dan sekali mendekat padaku, mereka candu.
Candu seperti orang gila ketika tak melihatku dan mengisapku. Candu seperti orang sakau. Candu seperti orang yang enggan untuk menjadi dirinya sendiri. Sakau untuk mencariku dan akulah menjadi dewa mereka.
Batang demi batang dihabiskannya. Akupun tertawa tubuh mereka semua rusak. Mereka kuhancurkan dengan mudah. Dengan mengisap diriku sejenak untuk merasakan nikmat yang tiada bandingnya. Nikmat tanpa jangkauan. Dan surga sendiri adalah mereka bertemu denganku.
Hanya sedikit mereka yang benci dan berjuang dari lepasanku. Sisanya tidak! Mereka masih mengisap dan mengisap. Batang demi batang habis dibakar mereka.
Dan akulah pembunuh sembilan nyawa. Termasuk mereka yang menghisapku.
Jakarta, 21 Maret 2009 | 14.27
A.A. - dalam sebuah inisial
Semua orang ingin tahu jutaan kenikmatanku. Seperti orang yang candu akan narkobanya. Seperti pasangan kekasih yang baru pertama merasakan cinta. Atau seperti orang gila yang ingin mencari apa yang diinginkannya.
Padahal mereka tahu, aku adalah iblis.
Sebatang diriku, membawa sembilan nyawa mati sekaligus. Mereka belum tentu menjadi penghisapku. Mereka hanya orang yang lewat. Sekedar lewat dan menyapa di depanku yang hidup dengan merahnya.
Mereka tahu aku adalah iblis. Dan sekali mendekat padaku, mereka candu.
Candu seperti orang gila ketika tak melihatku dan mengisapku. Candu seperti orang sakau. Candu seperti orang yang enggan untuk menjadi dirinya sendiri. Sakau untuk mencariku dan akulah menjadi dewa mereka.
Batang demi batang dihabiskannya. Akupun tertawa tubuh mereka semua rusak. Mereka kuhancurkan dengan mudah. Dengan mengisap diriku sejenak untuk merasakan nikmat yang tiada bandingnya. Nikmat tanpa jangkauan. Dan surga sendiri adalah mereka bertemu denganku.
Hanya sedikit mereka yang benci dan berjuang dari lepasanku. Sisanya tidak! Mereka masih mengisap dan mengisap. Batang demi batang habis dibakar mereka.
Dan akulah pembunuh sembilan nyawa. Termasuk mereka yang menghisapku.
Jakarta, 21 Maret 2009 | 14.27
A.A. - dalam sebuah inisial
Tidak ada komentar:
Posting Komentar