Rabu, 17 Februari 2010

Cerita Tentang Negeri Impian

Ada sesuatu yang dapat lagi kubawa ke dalam mimpi
Tentang sebuah masa depan yang begitu baik
Menceritakan harapan-harapan yang tak pernah sirna

Bukan cerita tentang permusuhan dan argumentasi
Debat memenuhi layat televisi yang mulai bersemut
Ayah yang tua pun bosan menyaksikannya

Tak satu dua penduduk yang mengharapkan perubahan
Mereka bisa menyekolahkan anak-anak mereka
Walau ke depannya hanya sebagai pegawai negeri

Tak ada lagi mereka yang harus mati kelaparan
Memakan sampah atau melepaskan jiwa anaknya
Jualah menggali kubur mereka sendiri

Tanah ini mencukupkan anak-anak yang menginjakkan kakinya
Mereka menaruh kasih sayang kepada negerinya
Mereka tahu rasa terima kasih yang berlimpah tiada tara

Tak ada air mata penuh belas kasih untuk mengemis
Tawa dalam gelaknya terdengar dari berbagai penjuru mata angin negeri
Tiada lagi mereka rakus duduk di kursi parlemen dan memakan uang

Televisi bersemut tak dipenuhi kemasan politik bau sinetron
Ayah tetap setia duduk menyaksikan acara musik tempo dulu
Berita mulai bernuansa warna-warni

Dan... kuinsafi: ini hanya sekadar mimpi






Jakarta, 17 Februari 2010 | 22.22
AA - dalam sebuah inisial

Tidak ada komentar: