Bagaimana kalian merayakan tahun baru? Dengan bermain petasan dan kembang api? Dengan berkumpul bersama keluarga karena kalian semakin sadar usia kalian bertambah lagi satu hari? Dengan membuat bara api dan membakar jagung atau camilan tengah malam sambil menunggu jarum pendek pada arloji kalian menunjuk pada arah yang berlawanan dengan gravitasi? Atau nongkrong bersama pacar di suatu tempat sambil mengucapkan "selamat tahun baru, sayang..." (Untuk yang terakhir, di luar ranahku).
Aku sendiri merayakan tahun baru masih tetap seperti tahun lalu. Menuntaskan janji akhir tahun untuk seorang teman sambil chatting dengan temanku di Amerika yang masih 12 jam lagi merayakan tahun barunya. Menyisakan waktu sesekali untuk melihat kembang api yang meledak-ledak di awan. (Dan tanpa mereka sadari mereka telah menghabiskan uang untuk menambah pemanasan bumi).
Aku tak tahu darimanakah tradisi tahun baru itu harus dirayakan dengan penuh keramaian. Aku sendiri lebih memilih merayakan tahun baru dengan sederhana saja. Toh, di pemikiranku semua itu seperti biasa saja. Tak ada yang perlu dikhususkan. Pergantian tahun juga akan terus bergulir. Mungkin kalian telah berencana akan mengurangi dosa kalian di tahun berikutnya. -Mungkin- Atau berencana menambah sesuatu di dalam kehidupan kalian. Who knows?
Satu tahun sudah saya tidak membuat resolusi dan ini akan berlanjut kepada tahun-tahun berikutnya. Apakah tujuan membuat resolusi? Apakah hidup kalian akan lebih berarti dengan resolusi? Atau hanya seperti hiasan pada dinding kamar kalian untuk sebagai pengingat janji? Aku sendiri lebih nyaman hidup tanpa resolusi dan lebih membebaskan diri tanpa adanya ikatan semacam resolusi itu?
Oh ya, mengingat tahun baru. Sudah ada persiapan apakah? Baju baru? Makanan lezat? Sofa baru? Mobil baru? Atau rumah baru? Bahkan pacar baru? (Hehehe... lagi-lagi ini di luar ranahku). Sudah persiapkan kembang api sebanyak-banyaknya? Atau hanya menatap dari balik jendela saja kembang api yang memecah itu?
Banyak yang berubah dalam hidupku. Ketika kecil, aku memaksa orang tuaku untuk membelikan kembang api sebatang-sebatang itu. Kunyalakan depan rumah karena pesan mereka:" bermainlah di luar rumah, di dalam nanti terbakar". Kemudian begadang sampai larut malam dan bangun di siang bolong ketika waktunya untuk makan siang. Sekarang? Masihkah itu kujalani? Tidak! Aku menghindar dari keramaian. Aku menikmati kesendirian sambil berpikir hendak apa aku di tahun ini. Sesekali melongo ke depan, melihat kembang api yang meledak (dan tanpa mereka sadari mereka sudah mengganggu orang banyak). Aku tak lagi harus menunggu tahun baru untuk begadang. Nyaris setiap malam di akhir pekan atau libur, waktu tidurku hanyalah 3-4 jam.
Seperti dulu juga aku berebut untuk minta dibelikan terompet. Ketika kemarin melewati penjual terompet aku ditawari untuk dibelikan. Aku malah menolak mentah-mentah. Ada yang berubah setiap tahunnya. Entah tahun depan apalagi yang akan berubah? Mungkin menyalakan kembang api dengan telepon genggam?! Siapa tahu?
Lalu, apa makna tahun baru untukku? Sebuah taraf pendewasaan. Untuk itulah aku selalu menjauh dari hiruk - pikuk keramaian di perubahan tahun. Tak lagi meniup terompet atau bermain kembang api. Kuinsafi hidup semata bukan hanya penuh keramaian tetapi juga penuh kesendirian, kesepian, sesekali kebahagiaan.
Nah, sobat, selamat tahun baru untuk kalian yang menikmatinya...
Jakarta, 1 Januari 2010 | 00.01
A.A - dalam sebuah inisial
Pesan Sponsor: Catatan ini semata untuk penyadaran dari diriku pada tahun baru apa yang harus kulakukan *wink!*
Aku sendiri merayakan tahun baru masih tetap seperti tahun lalu. Menuntaskan janji akhir tahun untuk seorang teman sambil chatting dengan temanku di Amerika yang masih 12 jam lagi merayakan tahun barunya. Menyisakan waktu sesekali untuk melihat kembang api yang meledak-ledak di awan. (Dan tanpa mereka sadari mereka telah menghabiskan uang untuk menambah pemanasan bumi).
Aku tak tahu darimanakah tradisi tahun baru itu harus dirayakan dengan penuh keramaian. Aku sendiri lebih memilih merayakan tahun baru dengan sederhana saja. Toh, di pemikiranku semua itu seperti biasa saja. Tak ada yang perlu dikhususkan. Pergantian tahun juga akan terus bergulir. Mungkin kalian telah berencana akan mengurangi dosa kalian di tahun berikutnya. -Mungkin- Atau berencana menambah sesuatu di dalam kehidupan kalian. Who knows?
Satu tahun sudah saya tidak membuat resolusi dan ini akan berlanjut kepada tahun-tahun berikutnya. Apakah tujuan membuat resolusi? Apakah hidup kalian akan lebih berarti dengan resolusi? Atau hanya seperti hiasan pada dinding kamar kalian untuk sebagai pengingat janji? Aku sendiri lebih nyaman hidup tanpa resolusi dan lebih membebaskan diri tanpa adanya ikatan semacam resolusi itu?
Oh ya, mengingat tahun baru. Sudah ada persiapan apakah? Baju baru? Makanan lezat? Sofa baru? Mobil baru? Atau rumah baru? Bahkan pacar baru? (Hehehe... lagi-lagi ini di luar ranahku). Sudah persiapkan kembang api sebanyak-banyaknya? Atau hanya menatap dari balik jendela saja kembang api yang memecah itu?
Banyak yang berubah dalam hidupku. Ketika kecil, aku memaksa orang tuaku untuk membelikan kembang api sebatang-sebatang itu. Kunyalakan depan rumah karena pesan mereka:" bermainlah di luar rumah, di dalam nanti terbakar". Kemudian begadang sampai larut malam dan bangun di siang bolong ketika waktunya untuk makan siang. Sekarang? Masihkah itu kujalani? Tidak! Aku menghindar dari keramaian. Aku menikmati kesendirian sambil berpikir hendak apa aku di tahun ini. Sesekali melongo ke depan, melihat kembang api yang meledak (dan tanpa mereka sadari mereka sudah mengganggu orang banyak). Aku tak lagi harus menunggu tahun baru untuk begadang. Nyaris setiap malam di akhir pekan atau libur, waktu tidurku hanyalah 3-4 jam.
Seperti dulu juga aku berebut untuk minta dibelikan terompet. Ketika kemarin melewati penjual terompet aku ditawari untuk dibelikan. Aku malah menolak mentah-mentah. Ada yang berubah setiap tahunnya. Entah tahun depan apalagi yang akan berubah? Mungkin menyalakan kembang api dengan telepon genggam?! Siapa tahu?
Lalu, apa makna tahun baru untukku? Sebuah taraf pendewasaan. Untuk itulah aku selalu menjauh dari hiruk - pikuk keramaian di perubahan tahun. Tak lagi meniup terompet atau bermain kembang api. Kuinsafi hidup semata bukan hanya penuh keramaian tetapi juga penuh kesendirian, kesepian, sesekali kebahagiaan.
Nah, sobat, selamat tahun baru untuk kalian yang menikmatinya...
Jakarta, 1 Januari 2010 | 00.01
A.A - dalam sebuah inisial
Pesan Sponsor: Catatan ini semata untuk penyadaran dari diriku pada tahun baru apa yang harus kulakukan *wink!*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar