Mungkin memang harus kuucapkan maaf sebelum pukul dua belas malam ini tepat datang menyinsing. Sebelumnya, kamu harus tahu satu hal: aku senantiasa akan menepati janjiku. Kamu tak perlu tahu apa yang akan kuberikan kepadamu setelah hari-hari yang begitu jauh sudah kupikirkan. Untuk saat ini, memang kamu boleh kuperkenankan untuk mengecapku sebagai seorang yang tak pernah tepat pada ikrarnya. Tetapi akan kugenapi semuanya ini ketika hujan tak akan pernah turun lagi di bumi dan matahari saja yang akan memanggang kulit kita.
Sejatinya kamu tahu, aku tidak pernah takut akan kematian...
Lantas apa yang harus kita bagi dengan hidup? Aku saja masih bertanya kepada waktu yang begitu lelah berputar. Detak jantungnya untuk memutar detik begitu lambat sampai-sampai hendak aku tertidur di hadapannya. Terkadang kita perlu bersabar menghadapi semua ini. Aku tidak tahu apa engkau masih mengingatku sebagai seorang saudagar yang kaya akan janji yang tak urung lepas tetapi aku tahu akan satu hal untuk esok hari.
Malam sudah datang, tidurlah sebelum kau terlelap tanpa izin...
Mungkin aku tidaklah sepandai dahulu meramu seluruh kata-kata kepadamu untuk mengucapkan maaf, memang lebih baik seperti ini. Penuh kebenaran dan ketulusan, aku belum sanggup menggenapi janji kepadamu. Kepadamu seluruhnya. Namun aku tidak akan lekas hanyut sampai aku belum sanggup menggenapi janji kepadamu. Percaya untuk satu hal ini dan catatlah...
Kalau memang tak sampai waktuku
Cukuplah catatan ini saja menjadi balasannya
Bukan prasasti, bukan sebuah yupa
Tetapi pengingatku akan ikrarku sampai mati
Kepada sebuah kata, memang harus kuucapkan
Begitu berat di lidah, hatipun enggan berkata
::: untuk sebuah kata -maaf- :::
Maaf untuk semua yang tertunda
Maaf untuk semua kelalaian
Maaf untuk semua kesalahan
Maaf untuk semua yang patut dikatakan maaf...
Malam penuh penyesalan,
Jakarta diwangikan dengan hujan
18 November 2009 | 20.32
Sejatinya kamu tahu, aku tidak pernah takut akan kematian...
Lantas apa yang harus kita bagi dengan hidup? Aku saja masih bertanya kepada waktu yang begitu lelah berputar. Detak jantungnya untuk memutar detik begitu lambat sampai-sampai hendak aku tertidur di hadapannya. Terkadang kita perlu bersabar menghadapi semua ini. Aku tidak tahu apa engkau masih mengingatku sebagai seorang saudagar yang kaya akan janji yang tak urung lepas tetapi aku tahu akan satu hal untuk esok hari.
Malam sudah datang, tidurlah sebelum kau terlelap tanpa izin...
Mungkin aku tidaklah sepandai dahulu meramu seluruh kata-kata kepadamu untuk mengucapkan maaf, memang lebih baik seperti ini. Penuh kebenaran dan ketulusan, aku belum sanggup menggenapi janji kepadamu. Kepadamu seluruhnya. Namun aku tidak akan lekas hanyut sampai aku belum sanggup menggenapi janji kepadamu. Percaya untuk satu hal ini dan catatlah...
Kalau memang tak sampai waktuku
Cukuplah catatan ini saja menjadi balasannya
Bukan prasasti, bukan sebuah yupa
Tetapi pengingatku akan ikrarku sampai mati
Kepada sebuah kata, memang harus kuucapkan
Begitu berat di lidah, hatipun enggan berkata
::: untuk sebuah kata -maaf- :::
Maaf untuk semua yang tertunda
Maaf untuk semua kelalaian
Maaf untuk semua kesalahan
Maaf untuk semua yang patut dikatakan maaf...
Malam penuh penyesalan,
Jakarta diwangikan dengan hujan
18 November 2009 | 20.32
Tidak ada komentar:
Posting Komentar