Sabtu, 25 Juli 2009

Tuhanpun Pandai Berhumor

Saya tak mengerti ternyata Tuhan yang memiliki jarak begitu jauh dengan saya ternyata memiliki rasa humor yang tinggi. Bahkan, saya saja bingung darimana Tuhan mendapatkan ilmu-ilmu humoris yang surga tak pernah merintisnya. Pada zaman Isa lahir, humor pun rasanya belum dikenal jauh.

Tuhan memang sungguh kreatif. Dari dua ilmu yang Tuhan miliki yaitu kelahiran dan kematian, Tuhan bisa menciptakan berbagai macam pola humoristik. Naumun Tuhan lebih cenderung kreatif pada pola kematian.

Kadang kematian bagai film misteri, tetapi juga bisa menjadi film komedi.

Bisa saja ketika seseorang baru pulang atau hendak melayat karibnya yang meninggal, dia juga meninggal.

Atau ketika seseorang sedang disidang dalam pengadilan, tiba-tiba jatuh dari kursi dan meninggal.

Ketika seseorang yang bernafsu untuk menulis, tiba-tiba meninggal karena terlalu lama memikirkan tulisannya.

Ketika seseorang sedang menggoes sepedanya, tiba-tiba jatuh dan meninggal.

Ketika seseorang setelah makan sepuasnya di sebuah restauran, tiba-tiba sesak nafas dan meninggal.

Saat seseorang sedang bercocok tanam, tiba-tiba ular menggigitnya dan meninggal.

Ketika seseorang sedang menikmati makan siangnya, tiba-tiba tersedak dan meninggal.

Ketika seseorang sedang pergi berlibur dengan selingkuhannya, tiba-tiba dia terkena serangan jantung dan meninggal.

Ketika seseorang sedang menikmati memegang stick golfnya, tiba-tiba dia meninggal karena jatuh tersandung oleh stick golfnya.

Ketika seorang anak pamit kepada ibunya hendak ke sekolah, malah dia harus tertanam di makam sebelah ayahnya.

Ketika seseorang sedang menikmati film komedi, tiba-tiba ditemukan tewas dengan mulut ternganga.

Ketika seseorang sedang bermain gitar dengan kekasihnya, tiba-tiba dia meninggal tanpa sebab.

Ketika seseorang sedang dikejar untuk ke kamar kecil, tiba-tiba ditemukan tewas di depan kamar kecil.

Ada seorang anak sedang bergembira bermain di mall, tiba-tiba ditemukan tewas terjatuh dari lantai tiga.

Memang ada hal - hal yang lucu semacam itu, tetapi saya tidak tahu apakah saya harus tertawa untuk mengapresiasikan humor dari Tuhan atau bagaimana caranya untuk menertawakan humor Tuhan tersebut. Tuhan punya cara sendiri membentuk humornya, tetapi saya -yang bukan Tuhan- tidak mengerti bahwa Tuhan sedang berhumor. Bahkan karib saya terpaksa menangis ketika humor itu Tuhan berikan kepadanya.

Sampai saya menuliskan ini, saya tahu Tuhan pandai berhumor, tetapi saya tidak tahu bagaimana cara menterjemahkannya





Jakarta, 8 Mei 2009 | 20.18

PS: Awalnya tulisan ini hanya tertulis di Facebook saya, entah mengapa saya lebih ingin tulisan ini berada dalam satu arsip di sini.

Tidak ada komentar: