Ada beberapa hal yang memutuskanku untuk menekan tombol pause, menjauh sejenak dari dunia maya. Aku sendiri kalut kalau sampai-sampai kupaksakan lagi, aku lagi-lagi akan terjatuh seperti pada insiden-insiden sebelumnya. Di dalam taraf hidup manusia, aku menemukan banyak pola tingkah dan sikap dari terjemahan karakter-karakter manusia yang begitu kuat. Aku juga memiliki salah satunya. Salah satu dari semua yang ada di dalam dunia ini walau kuaminkan saja aku tidak dapat memiliki semua karakter yang baik dan jahat dari keseluruhkannya.
Kusadari juga pada akhirnya manusia punya batas. Begitu juga denganku. Di awal tahun 2010 ini, aku sungguh terlena dengan kenyataan yang begitu memahitkan hidupku sendiri. Kadang aku begitu egois terhadap diriku sendiri, aku hanya ingin bercerita kepada diriku sendiri. Aku mencurahkan semua ceritaku kepada nuraniku dan tidaklah berbagi solusi kepada realitas yang sudah menjadi bayang-bayang hitam di belakang punggungku sendiri.
Pada kenyataannya juga, aku begitu rapuh kepada diriku sendiri. Aku bersandar di tembok yang berlumut yang telah rayap kenyang memakannya. Di awal ini juga aku harus tergeletak nyaris dua minggu dengan hasil: nihil. Aku tidak melakukan banyak hal. Menulispun tidak. Aku begitu marah kepada diriku sendiri. Aku dendam kepada diriku sendiri. Ini adalah puncakku untuk melampiaskan amarah yang begitu membuncah.
Tubuh ini protes kepada tuannya. Tuannya yang sangat kurang ajar. Tidak tahu diri. Dibayar tidak sesuai dengan upah yang seharusnya. Mulailah aku berpikir harusnya kuinsafi aku hanyalah semata manusia.
Terima kasih kepada seluruh kawan-kawan yang begitu perduli kepadaku. Beberapa SMS, telepon, dan e-mail yang masuk ke dalam inbox-ku begitu banyak. Aku semakin sadar masih banyak yang peduli kepadaku di dalam kesendirianku. Aku sendiri tak tahu apa yang aku cari di dunia ini, apa yang hendak kutetaskan pada tanah yang kuinjak ini.
Memasuki tahunnya yang ketiga untuk blog ini, entah berapa banyak kulahirkan karakter-karakter yang jenaka, yang lucu, yang menggemaskan, yang menyebalkan, yang menakutkan, yang menggelikan, atau yang sama sekali tak tersadari olehku sendiri. Bisa jadi itu jelmaan dari diriku semata atau jelmaan imajinasiku semata. Atau pula itu dari konsep-konsep kawanku dan akulah eksekutornya.
Ini bukanlah blogku yang pertama. Aku punya kavling-kavling lain di dunia maya ini. Aku sering hilir mudik ke mana saja. Aku sering berkelana dan bertemu dengan banyak orang di sana. Namun, ketika aku berlari ke sana, aku merasa di sinilah aku berada. Aku layaknya memang di sini.
Aku tak tahu bagaimana menggambarkan perasaanku saat ini. Yang jelas, semata aku sedang berada di puncaknya. Di titik paling tinggi dari sebuah konflik.
Siapa nyana, ketika kuungkapkan kata itu, aku sendiri benar-benar terkoyak. Puluhan pesan offline di YM, komentar-komentar di blog, lima e-mail, beberapa SMS dan telepon masuk ke dalam telepon genggamku semata menanyakan keberadaanku. Aku sendiri? Entahlah!
Untuk itu pula, kuucapkan ratusan, ribuan, jutaan, atau tak lagi terhingga terima kasih kepada kalian semua yang datang, membaca, berkomentar, "numpang ngobrol", sampai menjadi ruang temu kangen di kediamanku ini. Kuhargai tak ternilai semua itu, kuhormati sebagai tanda syukur dan terima kasih. Puji dan puja kupersembahkan kepada kalian semua. Itu adalah awal dan permulaan dari sebuah kehangatan.
Kini, kumohon persilahkanlah aku untuk beristirah sejenak. Aku akan kembali. beberapa hari mendatang. Jaga kesehatan selalu, salam untuk keluarga di rumah.
Jabat erat selalu,
Jakarta, 23 Januari 2010 | 12.06
Aveline Agrippina - Pencari Antiklimaks
Tidak ada komentar:
Posting Komentar